Minggu, 05 Desember 2010

Hubungan yang saling menghormati

Membaca tulisan pak Armein Z.R. Langi, membuat saya teringat pada percakapan beberapa hari yang lalu. Saat sedang mengajar, pada istirahat makan siang dan sholat, jika ada peserta perempuan dari luar kota, maka saya ikutan sholat di kamarnya. Dan senangnya, jika bisa nebeng sholat di kamar peserta, saya juga menjadi makin akrab dengan mereka.

Keakraban ini sangat menyenangkan karena saya bisa bertanya, apa yang sebetulnya diharapkan dari peserta saat ikut pelatihan seperti ini. Dan kali ini, kebetulan peserta pelatihan, ceweknya 4 (empat) orang….dan setelah makan siang kita berkumpul di kamar Nani, karena yang lain memilih tidur di rumah saudara, dan bagi peserta dari Jakarta, tentu saja memilih pulang ke rumah masing-masing. Obrolan khas cewek pun terjadi, karena ada yang baru mau menikah beberapa bulan lagi, ada juga yang merencanakan setahun lagi. Bahkan ada satu orang, yang saat ikut pelatihan, terpaksa suaminya cuti karena anaknya masuk RS disebabkan demam tinggi. Si ibu yang terlanjur didaftarkan ikut pelatihan, tak mungkin membatalkan kepesertaannya.
Saat itu hari Jumat, hari terakhir pelatihan selama lima hari, Ayi menghempaskan tubuhnya ke tempat tidur, dan berkata, “Ahh akhirnya hari ini saya bisa tidur di rumah.” Saya agak kaget, “Lho, kenapa?” Iya bu, selama empat hari kemarin saya tidur di rumah sakit, dan hari ini kata suami, anak saya boleh pulang dari rumah sakit, sehingga saya bisa pulang langsung ke rumah.” Saya terharu, mengingat betapa sang suami sangat mencintai isterinya dan mau bekerjasama menunggu anaknya di Rumah Sakit, karena isteri sedang ikut pelatihan. Saya bersyukur karena selama ini saya bisa berkarir dengan nyaman karena jika ada kondisi darurat suami mau mengulurkan tangan seperti suami Ayi.
Namun ada hal-hal sehari-hari yang kadang menimbulkan pertengkaran, seperti dikatakan pak Armein dalam blognya, bahwa sebaiknya isteri itu kadang-kadang “buta” dan suami itu kadang-kadang “tuli“. Isteri akan cenderung cerewet, atas barang-barang yang tak ditaruh pada tempatnya. “Yah, tolong dong, kalau mau buka pasta gigi, mencetnya dari bawah dulu,” kata si isteri. “Yah, baju kotornya jangan ditaruh sembarangan dong, kan udah ada tempatnya,” komentar isteri. Dan pasti hal-hal semacam ini akan mengagetkan saat memulai kehidupan baru, masalah sepele tapi kita sebagai isteri, kadang nggak boleh terlalu cerewet, dan suami juga harus memahami, bahwa isteri akan lelah setiap kali harus membereskan barang-barang yang berserakan, apalagi jika isterinya juga bekerja di luar kantor.
Dalam percakapan dengan peserta pelatihan, tiba-tiba ada yang nyeletuk, “Bu, saya masih serumah dengan ayah ibu, karena saya anak bungsu. Saat suami melamar, ayah ibu mensyaratkan, lamaran diterima, asal mau tetap tinggal menemani bapak ibu.” Kebetulan suami setuju, namun harus dipertimbangkan ada kemungkinan terjadi gesekan2 kecil. Seperti yang dikatakan oleh Ayi, suaminya pernah ngambeg hanya karena Ayi membeli kompor untuk orangtuanya tanpa konsultasi. Jadilah saya bak seorang penasehat perkawinan (gadungan) mengatakan, sebaiknya segala barang yang terlihat mata, kalau mau beli harus diskusi dulu antara suami isteri. Tapi barang yang tak terlihat, walau kadang mahal (perhiasan emas, berlian dsb nya), jika dibeli oleh uang isteri sendiri (karena isteri bekerja), kemungkinan suami tak keberatan. Kenapa? Walau barangnya sederhana, hanya sebuah kompor, suami ingin ikut berperanan untuk membelikan buat ayah dan ibu mertua tercinta. Andai hanya isteri yang beli, sebetulnya tak masalah, tapi mertua akan lebih gembira jika menantu juga menunjukkan kasih sayang secara nyata.
Saya jadi ingat masa lalu, karena terbiasa bekerja (saat itu belum ada hand phone), pulang kantor dengan tenangnya mampir belanja dan lupa bilang sebelumnya kalau mau mampir. Dan suami yang hari itu kebetulan tidak lembur, di rumah kelimpungan, karena tak tahu isterinya ada dimana, dan mulai berpikir macam-macam, kawatir ada kecelakaan dsb nya. Sekarang komunikasi telah canggih, namun begitu kita melangkah ke gerbang pernikahan tetap harus ada beberapa aturan komunikasi yang disepakati berdua.

0 komentar:

Posting Komentar

Download youtube Video

ShoutMix chat widget
 

© Copyright by BERBAGI ILMU DAN INFORMASI | Template by BloggerTemplates | Blog Trick at Blog-HowToTricks